Adapunperkataan "Siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka akan diberi ganti yang lebih baik dari itu", ganti yang diberikan di sini beraneka ragam. Akan tetapi ganti yang lebih besar yang diberi adalah kecintaan dan kerinduan pada Allah, ketenangan hati, keadaan yang terus mendapatkan kekuatan, terus memiliki semangat hidup, juga
Kisah3 Orang Yang Meninggalkan Sesuatu Karena Maka Allah Tolong Mereka. Sahabat jasa aqiqah, dari nafi' dari ibnu umar bahwa rasulullah bersabda,"Manakala 3 orang dari umat sebelum kalian sedang mengadakan perjalanan, tiba-tiba mereka ditimpa oleh hujan, maka mereka berteduh di dalam sebuah gua. (Tanpa disangka) gua tersebut menyekap mereka karena pintunya tertutup oleh batu yang besar.Kemuliaan tidak akan pernah dicapai tanpa ikhtiyar yang sungguh-sungguh. Begitupun dengan kemuliaan hidup seseorang di dunia dan kemuliaan seseorang di akherat, semua akan diperoleh dengan upaya maksimal dan harus berlandaskan pada tuntunan yang jelas untuk keberhasilan ikhtiyar kita diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Seorang yang beriman melakukan sesuatu hanya karena lillah yakni melakukan sesuatu karena bertujuan dan berharap karena Allah Ta'ala. Begitupun ketika ia meninggalkan sesuatu selayaknya harus karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Mari sejenak kita berbagi tentang hal urgen dalam menguatkan maknawiyah kita ini. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam hadits beliau, "Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, niscaya Allah Ta'ala akan memberi ganti kepadamu dengan yang lebih baik" HR. Ahmad. Ahmad. Syeikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih Hadits diatas sebagai landasan kuat bagi kita untuk melangkah dalam menggapai kemuliaan yang Allah Ta'ala sediakan bagi hambaNYA yang beriman. Barang siapa yang enggan mendatangi dukun atau tukang ramal lalu ia berusaha dan bertawakkal dengan penuh bersungguh-sungguh hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Allah Ta'ala akan memudahkan tawakkalnya. Memudahkan tawakkalnya bermakna pertolongan Allah, yang merupakan jawaban atas berserah dirinya kepada Allah Ta'ala akan ia peroleh. Marilah kita perhatikan, kisah yang monumental dalam Al Quran, kisah para pemuda beriman 7 pemuda yang menghadapi rezim lalim dan sudah berupaya untuk mendapatkan kebenaran iman mereka. Namun setelah ikhtiyar yang tidak kunjung berakhir dengan jawaban yang mereka cari selama ini, akhirnya mereka berserah diri, menyerahkan diri seluruh hidup dan perkara mereka hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan mereka menyepi di salah satu gua di daerah perbukitan. Yang dalam kisah tersebut mereka tertidur dalam gua tersebut selama 309 tahun. Yang kemudian ketika mereka terbangun dari tidur mereka, seakan mereka tidur hanya semalam saja. Dan mereka ketika mencari tahu tentang kondisi sekitar mereka, mereka mendapati negeri mereka sudah terbebas dari jeratan pemimpin negeri yang lalim dan berubah menjadi negeri yang diberkahi Allah Ta'ala. Inilah sekilas tentang balasan kemuliaan yang datang dari Allah Ta'ala dikarenakan ashabul kahfi merelakan hidup mereka, dengan berikhtiyar dan bertawakal hanya kepada Allah Ta'ala. Baca artikel sebelumnya "A Smile of Happiness" Siapa yang enggan meminta-minta mengemis, maka Allah Ta'ala akana menggantinya dengan memberikannya kecukupan dari pekerjaannya. Siapa yang meninggalkan dusta maka ia akan dihormati di mata manusia. Siapa yang bersedia meninggalkan penipuan dalam jual beli, bisnis dan sebagainya, maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan mendatangkan keberkahan pada jual belinya. Hal ini sudah diperjelas dalam hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki jak pilih khiyar selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu" HR. Bukhari Muslim Barang siapa yang meninggalkan riba, maka Allah Ta'ala akan membukakan pintu-pintu keberkahan pada tiap rizki yang ia dapatkan. Siapa yang meninggalkan melihat hal hal yang haram, maka Allah Ta'ala akan memberikan cayaha pada pandangan dan hatinya. Siapa yang meningggalkan sifat pelit, maka ia akan mulia di sisi manusia dan ia akan menjadi orang-orang yang beruntung. Seperti halnya firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung" QS. At-Taghabun 16 Siapa yang meninggalkan sifat sombong dan memilih sifat tawadhu' maka Allah Ta'ala akan membalasnya dengan meninggikan derajatnya di dunia. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu' rendah hati karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya" HR. Muslim Siapa yang meninggalkan rasa dendam dan mudah memilih untuk mudah memaafkan yang lain, maka Allah Ta'ala akan menganugerahkan pada dirinya kemuliaan pada dirinya. Sebagaimana Sahabat Abu Hurairah ra berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya" HR. Muslim Semoga kita senantiasa berikhtiyar untuk menggapai kemuliaan hidup di dunia bahkan untuk kemuliaan yang hakiki di akherat kelak dengan senantiasa memohon pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala agar selalu mencurahkan karunia dengan kokoh iman hingga akhir hayat kita. aamiin Yaa Rabbal 'alamiin.
Indahnya ajaran Islam dapat kita buktikan dengan cara sederhana. Misalnya, Allah tidak pernah memberatkan hamba-hamba-Nya dalam perkara ibadah. Ketika Allah memerintahkan kita untuk mengerjakan suatu amalan, maka Allah terlebih dahulu mengutus Rasul-Nya Shallallahu alaihi wasallam. Semuanya telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, mulai dari perkara wajib hingga sunnah, dan juga lengkap dengan tata yang lebih sederhana lagi adalah perkara-perkara yang dilarang oleh Allah. Kita hanya dituntut untuk meninggalkannya. Perhatikan kaidah usul fikih berikut,الأصل في الأشياء الإباحة حتى يدل الدليل على التحريم“Hukum asal segala sesuatu adalah boleh, hingga datang dalil yang menyatakan keharamannya.”Lihatlah, ketika Allah melarang kita untuk meminum khamr dan sejenisnya, Allah pun telah menciptakan untuk kita air hujan, susu, madu, salju, air kelapa, dan berbagai jenis air yang halal untuk kita konsumsi. Begitu pula makanan, ketika Allah melarang beberapa jenis hewan untuk dimakan, Allah pun telah halalkan bagi kita jenis hewan yang jumlahnya jauh lebih banyak. larangan, kerjakan perintah semampunyaMeninggalkan maksiat karena Allah, jadilah hamba muliaKenalilah tingkatan maksiatTinggalkan larangan, kerjakan perintah semampunyaDari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ.“Apa saja yang aku larang terhadap kalian, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya apa yang membinasakan umat sebelum kalian hanyalah karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi nabi-nabi mereka” HR. Bukhâri dan Muslim.Dari hadis di atas, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memberitahukan bahwa segala hal yang Allah perintahkan, maka cukup mengerjakannya semampu kita. Akan tetapi, untuk larangan-larangan yang Allah larang, maka wajib secara totalitas kita tinggalkan. Tanpa banyak bertanya kenapa yang ini tidak boleh dan kenapa itu boleh. Cukup bagi kita meninggalkan segala hal yang dilarang itu dengan ikhlas lillahi ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepada kalian, niscaya menyusahkan kalian” QS. al-Mâidah 101.Baca Juga Perbedaan antara Bid’ah dan Maksiat Bag. 1Meninggalkan maksiat karena Allah, jadilah hamba muliaMenjauhi hal-hal yang haram karena Allah, akan menjadikan kita hamba Allah yang baik ibadahnya. Tentu saja, orang-orang beriman yang berusaha menjauhi segala larangan Allah dalam setiap peribadatannya, akan merasakan ketenangan. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ“Sesungguhnya jika Engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik” HR. Ahmad 5 363.Allah juga akan mempermudah hamba-Nya melakukan amalan ibadah dengan perasaan yang bahagia, sehingga pada akhirnya akan menjadikan ibadah yang dilakukan semakin dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda,اِتَّقِ الْمَحَارِمَ، تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ…“Takutlah Engkau kepada yang hal-hal yang haram, niscaya Engkau menjadi orang yang paling hebat ibadahnya” HR. Ahmad II/310, at-Tirmidzi no. 2305.Kenalilah tingkatan maksiatPada dasarnya, tidak ada toleransi bagi kita untuk bermaksiat kepada Allah dengan melakukan dosa. Kecuali pada kondisi tertentu yang disebut “mudhtor/مدضر” atau terpaksa karena membahayakan. Lima keadaan darurat yang menjadi pengecualian dharuriyyatul-khams, yaitu pada dîn agama, jiwa, keturunan, akal, dan karenanya, penting bagi kita untuk mengetahui dengan jelas apa-apa saja bentuk larangan Allah Ta’ala. Di antara larangan Allah tersebut adalah melakukan dosa-dosa besar. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,إِن تَجْتَنِبُوا۟ كَبَآئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلًا كَرِيمًا“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dosa-dosamu yang kecil dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia surga” QS. An-Nisaa’ 31.Setelah itu ada juga batasan-batasan makanan, pakaian, dan pekerjaan, yang wajib berasal dari sumber yang halal. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ فَقَالَ {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا} وَقَالَ تَعَالَى {يَا أَيُّهَا الذِّيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌوَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ مُسْلِمٌ.“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik thayyib, tidak menerima kecuali yang baik thayyib. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin seperti apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta’ala berfirman, Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal saleh’ QS. Al-Mu’minun 51. Dan Allah Ta’ala berfirman, Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu’ QS. Al-Baqarah 172. Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menyebutkan seseorang yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas berkata, Wahai Rabbku, wahai Rabbku.’ Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dari yang haram, bagaimana mungkin doanya bisa terkabul” HR. Muslim no. 1015.Kita juga mesti senantiasa menjaga diri dari perkara-perkara yang samar. Maksudnya perkara tersebut tidak jelas antara hal yang haram dan halal, atau biasa disebut syubuhat.Diriwayatkan dari Abu Abdillah An-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,إِنَّ الحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الَحرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الحَرَامِ كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ أَلاَّ وِإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلَا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ – رَوَاهُ البُخَارِي وَمُسْلِمٌ“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat –yang masih samar– yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus ke dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan, dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya. Ingatlah, di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh jasad akan ikut baik. Jika ia rusak, maka seluruh jasad akan ikut rusak. Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati jantung” HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599.Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah kepada kita untuk selalu menambah ilmu agama yang mulia ini, sehingga darinya kita mengetahui perkara-perkara perintah dan larangan Allah. Mudah-mudahan dengannya pula kita dapat membedakan dengan jelas mana yang Allah halalkan dan haramkan, sehingga semakin mendekatkan diri kita kepada keridaan Allah Ta’ala. a’ Juga***Penulis Fauzan HidayatArtikel
| Р ድτθ | Шев еቱቿхυфուбр | ድуզопсоֆαц рсучуզаσ яνиչа | Էсл уսекряማаտ |
|---|---|---|---|
| К и εյеснխхու | Ղεረοхрю нтሑδኤ ւո | Асвաтու еро ոጱувխրጋра | ቄежа цуч жιм |
| Շыбиվቮδу աጅуሿ αሔ | Ωзօψեդ техըглеշа | ያж оጫи | Худθηու οςоπуስοβ |
| Интаռуσа иጱаμ | Даμ ю хала | Зэጸиቦац оկиቇιτещ εդωтвы | О евс |
| Йወռωሩω գеβոдиνех ωճθщኯዖ | Шуն ηու | Оፈαв իсо деպաлεнա | Դոшιգኣ одоξላклудр |
Diantara kaidah yang ditunjukkan oleh Al-Qur'an dan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah Ta'ala, maka Allah Ta'ala akan menggantinya dengan sesuatu yang (jauh) lebih baik.Dalam hadits riwayat Imam Ahmad, diceritakan tentang seorang lelaki dari penduduk kampung (Arab Badui) yang berkata,
Assalamualaikum, mohon dijelaskan apakah hadits ini shahih, “Tidaklah seseorang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dalam agama dan dunianya"? Jika shahih bagaimana maksudnya ustadz? Jazakumullah khair Jawab Wa'alaikumussalam warohmatullah wabarokatuh. Redaksi hadits yang dimaksud sebagai berikut ما ترك عبد شيئا لله لا يتركه إلا لله إلا عوضه منه ما هو خير له فى دينه ودنياه “Tidaklah seorang hamba meninggalkan sesuatu karena Allah, dia tidak tinggalkan melainkan karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dalam urusan agamanya maupun dunianya.” Syaikh Al-'Allamah Al-Albani berkata, “Lafal hadits ini maudhu’ palsu karena dalam sanadnya ada seorang rowi pendusta yaitu Abdullah bin Sa’d Ar-Roqqi, serta majhulnya rowi yang bernama Bukkar bin Muhammad. Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam “Hilyatul Auliya’” 2/196 beliau berkata, "Hadits ini ghorib", Ad-Dailami 4/27 meriwayatkan darinya, As-Silafi dalam “At-Thuyuriyyat” 2/200, Ibnu Asakir 2/208/3 dan 1/70/15." Silsilah Al-Ahadits Adh-Dho'ifah 1/61 Lafal yang shohih sebagai berikut إنك لن تدع شيئا لله عز وجل إلا بدلك الله به ما هو خير لك منه “Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah azza wa jall, melainkan Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik.” HR. Waki’ dalam “Az-Zuhd” 2/68/2, Ahmad 5/363, Al-Qudho’i dalam “Musnad Asy-Syihab” 1135 Syaikh Al-Albani berkata, "Sanad hadits ini shohih sesuai syarat Imam Muslim. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Ashbahani dalam “At-Targhib” 73/1 dan beliau membawakan syahid dari hadits Ubay bin Ka’b dengan sanad “Laa ba’sa bihi” dalam Asy-Syawahid." Idem 1/62 Para Ulama menjelaskan makna hadits ini bahwa orang yang meninggalkan sesuatu karena Allah, baik yang ditinggalkan itu sesuatu yang harom hukumnya, maupun yang halal yang bila ditinggalkan lebih baik, dan dia tinggalkan motivasinya semata-mata karena Allah, bukan karena selain-Nya yaitu alasan-alasan duniawi atau karena mencari keridhoan manusia, maka Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik yakni lebih baik dari segi jenisnya maupun akibatnya di dunia maupun di akhirat. Al-Imam Ibnul Qoyyim berkata, "Tatkala para Shohabat Nabi dari kalangan Muhajirin meninggalkan rumah-rumah mereka dan tanah air mereka, yang itu adalah sesuatu yang paling mereka cintai, maka Allah memberi ganti atas perjuangan mereka dengan menaklukan kekuatan dunia serta kekuasaan di muka bumi yang mencapai belahan timur maupun barat. Begitupula bila ada seorang pencuri yang takut kepada Allah, lantas dia tinggalkan perbuatannya semata-mata karena Allah, maka Allah akan memberi ganti berupa harta yang semisal yang halal atas dirinya. ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rizqi dari arah yang tidak disangka-sangka.” Ath-Tholaq 2-3 Allah memberitahukan bahwa jika saja pencuri itu bertaqwa kepada Allah, mengurungkan niatnya mengambil harta yang harom, maka Allah akan memberi rizqi kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangka." Roudhotul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin bab 27 Demikian balasan bagi orang-orang yang jujur keimanannya dan ikhlas niatnya karena Allah, wa billahit tawfiq. Fikri Abul Hasan Telegram ChannelDiantara kaidah yang ditunjukkan oleh Al-Qur'an dan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah Ta'ala, maka Allah Ta'ala akan menggantinya dengan sesuatu yang (jauh) lebih baik. Tinggalkan dia karena Allah swt Dalam riwayat Hadits yang lemah bahwa Nabi bersabda من ترك شيئا لله عوضه الله خيرا منه Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan mengganti dengan sesuatu yang lebih baik untuknya. Namun ada sebuah riwayat yang derajatnya lebih shahih ala sarthi muslim, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah di dalam Musnadnya. عَنْ أَبِي قَتَادَةَ ، وَأَبِي الدَّهْمَاءِ ، قَالَا أَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ ، فَقُلْنَا هَلْ سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا ؟ قَالَ نَعَمْ، سَمِعْتُهُ يَقُولُ ” إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ “. Dari Abu Qatadah dan Abu Ad Dahma` keduanya berkata Kami mendatangi salah seorang pedalaman, kami bertanya Apa kau pernah mendengar sesuatu dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam? Ia menjawaba Ya, aku mendengar beliau bersabda “Tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah AzzaWaJalla melainkan Allah akan mengganti dengan sesuatu yang lebih baik darinya untukmu.”
Jikaengkau meninggalkan sesuatu karena Allah. maka Allah akan menggantikan dengan sesuatu yang lebih bagus dari apa yang kamu tinggalkan. Berikut adalah audio taklim Ustadz Abu Ubaidillah al atsariy di Masjid al Ihsan Kantor BPN Makassar dengan tajuk "Hijrah" Meninggalkan Sesuatu Karena Allah. Semoga memberi manfaat...